Dukung Kesejahteraan Masyarakat, Relawan Gibran Gelar Masak Sehat di Semarang ; Deklarasikan Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran
SEMARANG (Pojokjateng.com) – Di Indonesia, masalah gizi pada anak usia sekolah terjadi karena kurangnya asupan zat gizi tingkat berat.
Hal ini membuat makanan yang mengandung unsur gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang anak.
Dalam upaya meningkatkan tumbuh kembang anak dan memajukan kesejahteraan masyarakat, relawan yang tergabung dalam Aksi Sahabat Gibran (AksiBagi) dan pelaku usaha jasaboga dari Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) menggelar simulasi makan sehat, bergizi, dan terjangkau di Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kegiatan yang didukung Taruna Pro Gibran ini, Wakil Sekretaris Jenderal II DPP PPJI Budi Syahmenan dan Chef Fahrur Rosidi dari DPP PPJI mendemonstrasikan berbagai menu sehat, bergizi, dan terjangkau untuk diterapkan nanti ketika program unggulan PrabowoGibran ini diterapkan.
“ Kami ingin menunjukkan bahwa program makan siang gratis Prabowo-Gibran itu nyata dan bisa diterapkan. Kami bersyukur para praktisi jasaboga mau mendukung untuk memberi edukasi kepada ibu-ibu bagaimana menyiapkan makan siang yang sehat, bergizi, dan terjangkau. Tak kalah penting, bagaimana mengelola proses memasak dan menyajikan makanan dalam jumlah besar,” ujar Dadi Krismatono, Ketua Umum Aksi Sahabat Gibran (AksiBagi) dalam konferensi pers di tempat acara (15/01).
Sebelum konferensi pers telah dilaksanakan acara simulasi yang melibatkan ibu-ibu dan komunitas industri jasaboga setempat.
Dalam simulasi tersebut diisimpulkan bahwa dengan Rp 15.000-18.000 per porsi, anak-anak usia sekolah bisa mendapat makan siang bergizi yang sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhannya.
“Selama ini ada kesan makanan sehat dan bergizi itu tidak enak. Kami di sini menularkan ilmu bagaimana mengolah makanan yang sehat dan bergizi tapi tetap lezat dan mengundang selera. Apalagi anak-anak dan remaja suka susah makan sayur,” kata Chef Arul, panggilan akrab Fahrur.
Budi menerangkan, dalam menyusun menu PPJI berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang dan konsultasi kepada ahli gizi.
“Yang terutama kami bela adalah programnya, karena ini adalah investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas SDM,” papar Budi.
Dampak Ekonomi yang Luas
Dadi menerangkan bahwa program makan siang gratis Prabowo-Gibran tidak hanya memberi manfaat kesehatan bagi anak-anak dan remaja yang mendapat asupan gizi, melainkan juga memberi dampak ekonomi kepada rumah tangga dan komunitas.
“ Dengan makan siang di sekolah, maka beban orang tua menyediakan makan diambil sebagian oleh negara. Katakanlah, satu porsi Rp 15.000. Berarti dalam sebulan, jika dihitung 25 hari, ada Rp 375.000 biaya ekonomi rumah tangga yang bisa dihemat. Itu baru satu anak. Jika ada dua sampai tiga anak dari satu keluarga, maka penghematannya bisa lebih besar. Uang yang dihemat itu bisa digunakan untuk keperluan lain,” jelas Dadi.
Dampak ekonomi kedua, papar Dadi, adalah potensi pendapatan bagi ibu-ibu orang tua yang memasok makanan di sekolah-sekolah anaknya.
“Ibu-ibu orang tua murid dapat membentuk komunitas atau badan usaha yang memasok makan siang di sekolah anaknya. Ini potensi pendapatan. Jadi pengeluarannya berkurang, potensi pendapatan bertambah,” papar Dadi.
Dadi menjelaskan, di sinilah urgensi relawan AksiBagi mengajak PPJI sebagai praktisi jasaboga yang berpengalaman mengelola dan menyajikan masakan dalam jumlah besar.
Budi mengatakan, PPJI bersemangat mengikuti program ini karena edukasi pengolahan dan penyajian makanan secara sehat dan memenuhi standar keamanan pangan itu penting bagi semua kalangan.
Selain itu, kata Budi, melihat program ini dapat memperluas anggota PPJI dari komunitas pemasok makan siang gratis ke sekolah.
“Mudah-mudahan nanti dari pemasok makanan ke sekolah ini bisa berkembang jadi pengusaha jasaboga dan menjadi anggota kami. Dengan menjdi anggota, mereka bisa mendapatkan pelatihan, standarisasi, bahkan sertifikasi,” papar Budi.
Budi menambahkan, PPJI akan memberdayakan pengurus di seluruh provinsi dan kabupaten/kota untuk mendampingi komunitas orang tua siswa dalam menyiapkan makan siang gratis untuk siswa di sekolah-sekolah.
Dadi melanjutkan, dampak ekonomi ketiga adalah permintaan pasokan beras, lauk-pauk, dan sayuran yang stabil sepanjang tahun kepada pedagang pasar lokal.
“Coba kita hitung. Menurut data, di Kecamatan Semarang Selatan ini ada 29 sekolah dasar (SD), baik negeri dan swasta. Jika satu SD ada 300 siswa, dan satu porsi membutuhkan 100 gram beras, maka satu kecamatan ini dalam satu hari membutuhkan 870 kg beras. Dalam satu bulan, jika dihitung 25 hari, maka dibutuhkan 21,7 ton beras. Ini akan menggerakkan ekonomi
lokal,” tutur Dadi.
Oleh karena itu, Dadi dan relawan AksiBagi optimistis program makan siang gratis PrabowoGibran akan disambut masyarakat dari berbagai kalangan karena dampak pengganda ekonomi atau multipiler effect yang dinikmati oleh berbagai kalangan secara luas.
“Selama ini orang melihatnya hanya makan siang, padahal program ini membawa dampak ekonomi yang luas bagi kesejahteraan rakyat dan pergerakan ekonomi lokal,” pungkas Dadi.
Simulasi penyajian makanan sehat, bergizi, dan terjangkau ini dimulai di 20 titik di Jawa Tengah dan akan digulirkan oleh relawan AksiBagi di seluruh Indonesia.